Tugas Softskil minggu ke-2
- Buatlah contoh dari kehidupan masyarakat pedesaan dan perkotaan serta perbedaannya (Untuk nama daerahnya bebas baik didesa ataupun dikota)!
MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup bersama, saling berhubungan dan mempengaruhi, saling terikat satu sama lain sehingga melahirkan kebudayaan yang sama.
Masyarakat Pedesaan
Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri. Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang sangat kuat pada hakekatnya. Pedesaan dan masyarakat desa merupakan sebuah komunitas unik yang berbeda dengan masyarakat di perkotaan. Sementara segala kebijakan dan perundangan-undangan adalah produk para pemangku kebijakan yang notabene adalah masyarakat perkotaan, maka masyarakat desa memiliki kekhasan dalam mengatur berbagai kearifan-kearifan lokal.Berbagai karakteristik masyarakat pedesaan di atas seperti potensi alam, homogenitas, sifat kekeluargaan dan lain sebagainya menjadikan masyarakat desa sebuah komunitas yang khusus dan unik.
Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada beberap ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu :
- Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
- Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung padaorang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu.
- Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
- Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa.
- Interaksi yang terjadi lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi.
- Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu.
- Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
Perbedaan Pedesaan dan perkotaan
Adapun perbedaan antara masyarakat pedesaan dan perkotaan :
1. Dari segi mata pencaharian
DESA
Pada umumya masyarakat pedesaan bekerja sebagai petani, berkebun, dan beternak.
Gambar : Dipedesaan
KOTA
Coba kita bandingkan dengan dikota yang semuanya serba teknologi begitupun dengan mata pencaharian masyarakat perkotaan yang hampir seluruhnya berada di sektor industri.
Gambar : Pabrik di perkotaan
2. Dari segi Lingkungan
lihatlah betapa macetnya lingkungan di perkotaan dan udara yang kurang sehat.
Gambar : KOTA
Dan coba bandingkan dengan di daerah pedesaan indah sejuk dan nyaman
Gambar : DESA
Setelah mengetahui definisi tentang Masyarakat, Masyarakat Pedesaan, dan Masyarakat Perkotaan maka saya akan mencoba mengambil satu contoh dari Kehidupan masyarakat Pedesaan dan Kehidupan masyarakat Perkotaan.
Kehidupan Masyarakat Kota Jakarta
Ibukota Jakarta merupakan kota metropolitan yang masyarakatnya terdiri dari berbagai suku, budaya, bahasa yang membuat kota ini makin padat penduduknya. Kepadatan penduduk di kota Jakarta memang luar biasa padatnya tak heran lahan tanah makin sempit dan ruang gerak pun juga makin tidak sebebas dahulu sebelum menjadi kota metropolitan. Layaknya seorang perempuan cantik nan molek selalu mengundang decak kagum siapapun yang pernah merasakan ataupun melihatnya. Baik melalui layar kaca maupun lewat media cetak. Gemerlap lampu yang kelap-kelip dikala malam hari, menambah syahdu tamaram senja di kota jakarta.
Seakan-akan menjadi magnet yang luar biasa besarnya terhadap seluruh penduduk di negeri ini untuk mendatangi kota Jakarta hingga akhirnya menghuni di kota jakarta yang demikian megah membuat sebagaian masyarakat ingin tinggal lebih lama mengadu nasib untuk meraih masa depan, namun ternyata dikota ini hidup penuh perjuangan hanya yang beruntung dan punya keahlian yang mampu bertahan. Sementara yang tidak beruntung serta tidak memiliki keahlian hidupnya tidak menentu terkadang tidak sedikit ditemukan pekerjaannya memungut sampah, pengemis serta pekerjaan lainnya yang tidak layak. Kehidupan masyarakat Jakarta yang lain akibat pengaruh dari kepadatan penduduk yakni adanya tempat tinggal dipinggir-pinggir sungai kali Ciliwung ataupun sungai lainnya kemudian menempati tempat tinggal di bawah jembatan tol, pinggir rel kereta api dan tempat lainnya. Tetapi ternyata dibalik kecantikan kota jakarta, tersembunyi berbagai macam penyakit yang akan menjangkiti siapa saja yang tidak siap untuk mengantisipasinya. Inilah penyakit-penyakit di kota Jakarta :
Seolah-olah menjadi hal yang lumrah kemacetan menghiasi ruas jalan Ibukota ini. Coba tengok di pagi hari ataupun sore hari. Jalan raya pun laksana tempat parkir terpanjang di dunia. Angkutan massal yang seakan-akan menjadikan impian semua orang pun seakan-akan tetap jauh dari impian dan langganan.
2. Banjir
Bulan Januari, identik dengan idiom “Hujan Sehari-hari” yang hingga kini pun masih sahih dalil tersebut. Hampir setiap hari mendung hitam selalu mengelayut di atas awan kota ini. Dampak nyata yang terlihat adalah banjir pun datang tanpa diundang dimana-mana. Hal yang seharusnya bisa diatasi dengan mudah, tapi seolah-olah menjadi susah. Alam pun dijadikan kambing hitam oleh semua pihak.
3. Kemiskinan
Kaya dan miskin itu adalah sebuah anugerah. Tidak ada satu orang pun didunia ini yang berkeinginan untuk menjadi orang miskin selama hidupnya, apalagi hingga menurun ke anak cucu. Tetapi kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin yang terjadi di kota metropolitan ini laksana gunung yang tinggi menjulang dan jurang dalam mencekam. Si kaya bisa dengan enaknya menghambur-hamburkan uangnya sekejap saja demi sepotong roti dan secangkir minuman, tapi si miskin pun harus berdiri seharian penuh diperempatan jalan hanya untuk mendapatkan uang recehan tuk bertahan hidup hingga ke esok harinya.
4. Kriminalitas
Dimana ada sekumpulan orang yang berinteraksi, disitulah ada kriminalitas yang mengintai. Terminal bus, stasiun kereta api, pasar-pasar bahkan hingga ke gedung-gedung perkantoran pun tidak luput oleh tindakan ini. Jikalau ditempat-tempat umum tindak kriminalitasnya lebih kearah fisik (mencuri, menjambret, menodong, dll) lain halnya yang terjadi di dalam gedung-gedung bertingkat, disini tindak kriminalitas lebih rapi dan licin untuk dilacak siapa saja, termasuk oleh KPK ataupun pihak berwenang dan berwajib lainnya.
5. Terjebak Rutinitas
Ritme kehidupan yang serba cepat dan efisien, seakan-akan telah membuat para penghuni ibukota Republik Indonesia ini menjadi sebuah robot, yang mempunyai sistem rutinitas sehari-hari. Mulai dari bangun pagi kemudian menggosok gigi hingga pergi beraktifitas dan kembali lagi tidur di malam harinya. Hal itu terus berulang dari hari ke hari, bulan ke bulan hingga tak terasa umur pun telah habis melakukan rutinitas tanpa kita sadari.
6. Pemuas Nafsu Komersial
Sudah menjadi kodrat manusia, yang diciptakan dengan akal dan nafsu. Hampir sama juga dengan umur kehidupan manusia, kebutuhan akan pemuas hawa nafsu pun dibutuhkan laksana makanan dan minuman. Laksana hukum dalam perdagangan, ada permintaan, ada yang menyediakan. Layanan seks komersial, baik yang berkelas hotel berbintang ataupun didalam warung-warung remang pun hadir melengkapinya. Seolah-olah menemani denyut nadi sang malam yang kelam dengan hingar bingar musik dan kerlap-kerlip lampunya. Desahan nafas memburu pun tak mau kalah menggapai puncak awan.
7. Pola hidup konsumtif
Menjamurnya pusat-pusat perbelanjaan, hiperstore hingga toko serba ada yang hampir merata diseluruh pelosok kota Jakarta ini telah mengubah gaya hidup dan tingkah laku masyarakat ibukota. Mulai dari sekedar hanya jalan-jalan refreshing untuk cuci mata sejenak melepas penat hingga ajang kumpul-kumpul dengan sahabat karib ataupun keluarga pun dilakukan didalamnya. Tak lupa belanja kebutuhan sehari-hari ataupun keinginan sesaat juga tersedia lengkap tinggal pilih sesuai selera. Ingat-ingat saja akan isi dompet, solusi instan kartu kredit bukanlah jalan keluar yang bijaksana.
8. Narkoba dan psikotropika
Himpitan hidup yang datang bertubi-tubi setiap harinya, membuat para penghuni kota ini stress secara tidak disengaja. Banyak orang yang ingin segera terbebas dari belenggu masalah ataupun problematika yang ada dengan cara instan dengan menggunakan narkoba. Pada awalnya hanya coba-coba atau dalam dosis yang kecil. Tapi ketika hal itu telah menjadi sebuah kebutuhan, malapetaka pun telah menghantuinya. Hanya 2 hal saja akhir cerita dari seorang pengguna narkoba, yaitu : mati atau masuk penjara. Semoga kita semua, keluarga-keluarga kita, orang-orang yang kita kasihi dan cintai, dapat terhindar akan penyakit-penyakit diatas. Penyakit ini tidak hanya bisa dijumpai di Jakarta saja, tapi hampir dimiliki oleh semua kota-kota besar yang ada di penjuru dunia pun memilikinya. Tentu saja dengan kadar dan komposisi yang berbeda-beda, sesuai dengan taraf hidup dan tingkat kemakmuran dari kota tersebut.
Kehidupan Masyarakat Desa Sawarna, Bayah, Lebak
Dalam perjalanan jurnalistik ke wilayah Banten selatan, saya bersama kolega, Pascal SB Saju mengunjungi Desa Wisata Sawarna di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten, sekitar 250 km dari Jakarta. Di sini, kami menikmati keindahan Pantai Ciantir, salah satu pantai di Sawarna.
Ombak di Pantai Ciantir ternyata “surga” bagi para pencinta “surfing”. Banyak penggemar “surfing” sengaja datang ke Sawarna, hanya untuk “surfing”. Salah satunya adalah Mike Neely, WN Australia, yang sama-sama menginap di homestay Pak Hudaya, mantan Kepala Desa Sawarna (1977-1999). Sebelumya Mike sudah menjajal ombak di Cimaja, Pelabuhan Ratu, pantai selatan Sukabumi. Tapi Mike tak puas dan mencoba ombak Sawarna. Ternyata Mike mengaku puas dengan ombak di Pantai Ciantir, Sawarna ini.
Di kawasan Pantai Ciantir ini, terdapat dua batu yang disebut sebagai Tanjung Layar. Batu-batu ini menghambat abrasi karena ombak ganas Laut Selatan. Menurut warga setempat, tanah di Desa Sawarna, sebagian sudah dikuasai oleh orang luar sejak tahun 1995. Ini berarti 12 tahun lalu, sejak Lebak dilirik orang Jakarta, terutama setelah rencana pembangunan Kota Kekerabatan Maja digulirkan, Sawarna juga dilirik untuk dikembangkan.
Krisis ekonomi yang menenggelamkan ekonomi Indonesia, menyebabkan banyak properti mati suri termasuk Kota Kekerabatan Maja dan pengembangan wisata Sawarna.
Ombak di laut lepas di Sawarna ini menjadi pilihan penggemar surfing dari mancanegara, termasuk dari Aruba, Karibia. Meskipun Sawarna masih tertinggal dari sisi infrastruktur, namun tetap dicari pencinta surfing. Inilah uniknya Sawarna.
Selain itu, Sawarna memiliki pantai berpasir yang landai. Keindahan pantai Sawarna ini, sayangnya, belum dilihat pemerintah setempat sebagai potensi pendapatan asli daerah. Padahal masyarakat Desa Sawarna sudah menerima kehadiran wisatawan asing dan nusantara. Warga setempat sejak lama menginginkan desa mereka maju dan berkembang. Setidaknya potensi wisata alam ini menjadi daya tarik utama.
Perjalanan jurnalistik ke Banten, termasuk ke Banten selatan sejak 2 Oktober lalu, menjadi pengalaman berkesan bagi kami. Tidak hanya melihat kemiskinan struktural di desa-desa di pedalaman Banten, kekeringan yang membuat warga makin menderita, kehidupan buruh tani dan nelayan di pantai selatan yang kian sulit dari hari ke hari. Tetapi kami juga menikmati perjalanan ke tempat wisata di Desa Sawarna dengan pantai nan indah.
Referensi :
- bimcibedug dan Celotehgalang
- http://erikandfiki.wordpress.com/2012/12/22/masyarakat-pedesaan-dan-perkotaan/
- http://randydharmawan.blogspot.com/2011/12/kehidupan-di-kota-jakarta.html
- http://nantly.mywapblog.com/potret-kehidupan-masyarakat-jakarta-masa.xhtml
- http://princstar-princstar.blogspot.com/2014/11/kehidupan-masyarakat-pedesaan-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar